Thursday 9 May 2013

Napak Tilas di Sd Muhammadiyyah Gantong (2)

 Bendungan Pice Gantong

Sebelum melanjutkan perjalanan ke SD Muhammadiyyah Gantong, kami mampir dulu di Bendungan Pice di atas hulu sungai Lenggang, Gantong Belitung Timur. Bendungan ini dibuat zaman Belanda tahun 1934 sd 1936 sepanjang 50meter. Dahulu difungsikan sebagai pengatur tinggi rendah permukaan air guna mempermudah sistem kerja kapal keruk untuk eksploitas timah.

Begitu sampai bendungan hujan rintik turun. Kami meneduh di warung bakso milik urang Sunda. Sambil menunggu ada yang makan bakso, minum kopi dan teh. Saya dan bapak memanfaatkan waktu untuk menggali informasi dari pak sopir  yang saya rekam dalam benak sebagai salah satu modal dalam penulisan pengalaman travelling saya secara sederhana. Setelah dirasa cukup informasi. Tanpa menunggu waktu lama, kami segera mengeluarkan payung menuju bendungan untuk berfoto ria. Haaaai.....lihaaaat....Subhanallah, bumi laskar pelangi, kataku setengah berteriak. Ya, diatas langit bumi laskar pelangi muncul pelangi.Kami tidak melewatkan mengambil moment baik ini.

Sebelum berangkat saya sempatkan ke toilet, alangkah kagetnya bukan sekedar kaget dengan kotor, gelap dan baunya toilet umum ini tetapi di sekitar sini banyak warung remang - remang dengan muda mudi yang berasyik masyuk. Astaghfirullaah...segera saya urungkan ke toilet dan kembali ke mobil.Dan menurut pak sopir memang tempat ini adalah tempat kumpul muda mudi sekitar. Sayang, kalau saja pemda setempat memfasilitasi dengan sarana prasarana yag baik bisa saja tempat ini tetap dijadikan base camp muda mudi tetapi untuk tujuan yang baik seperti mengasah kreatifitas mereka bukan malah membiarkan tempat ini menjadi ajang prostistusi.

Museum Kata

Sejenak melewati Museum Kata berisikan guratan kata sang "empu" tetralogi Laskar Pelangi Andrea Hirata. Semua jejak Laskar Pelangi dalam pigura termasuk informasi tentang telah diterjemahkannya buku tersebut ke dalam beberapa bahasa di banyak negara. Museum ini juga difungsikan untuk tempat anak - anak sekitar berlatih menulis. Di depan Museum kata terletak rumah sederhana masa kecil Andrea Hirata yang ditinggali orang tuanya. Tidak jauh dari sana juga ada tempat syuting ketika anak - anak Laskar Pelangi mementaskan karnaval dengan pakaian dedaunan. Masih ingatkan dan ada adegan lucu, setelah itu badan mereka gatal - gatal akibat dedaunan yang dipakai, meski demikian mereka gembira karena mendapat juara 1 mengalahkan SD PN Timah. Kabarnya saat syuting pertokoan semua tutup dan ketika diberikan kompensasi mereka menolak, karena kegembiraan yang sangat ada putra daerah mengangkat nama Belitong ke manca negara.

SD Muhammadiyyah Gantong

Suasana jelang sore dengan langit semburat merah jingga menyambut kami di SD Muhammadiyyah Gantong yang terletak di atas bukit pasir. Banyak rombongan dari travel lain yang juga datang ke sini. Semua sibuk berfoto ria dari berbagai sudut termasuk di dalam ruang belajar yang gelap dan kumuh, lengkap dengan kursi, lemari dan papan tulis. Keseluruhan sekolah ini memang sudah sangat tidak layak untuk dijadikan sekolah secara fisik karena lapuk kayunya, di sana sini bocor, bahkan ada kayu penyangga untuk menahan agar tidak roboh.

Ya, sekolah ini adalah replika dari sekolah Muhammadiyyah Gantong yang sengaja dibangun untuk keperluan syuting Laskar Pelangi. Berpuluh tahun lalu Andrea dan 9 orang temannya seperti Lintang,  Mahar, Akiong, Syahdan, dan lainnya memang benar - benar bersekolah di SD Muhammadiyya Gantong dengan kondisi yang tidak jauh berbeda dengan bangunan replika tersebut. Karena hanya staf PN Timah saja yang bisa bersekolah di SD Timah yang baik fasilitasnya, sedangkan buruh rendahan terpaksa gigit jari karena pilihannya tidak bersekolah atau bersekolah di SD yang sudah reot tersebut. Kemudian pikiranku melayang dalam napak tilas SD Muhammadiyyah Belitong.

Dari sekolah itulah lahir orang - orang sukses yang dapat melewati suasana diskriminatif akses pendidikan dengan tekad kuat. Man jadda wajada, siapa bersungguh - sungguh, ia akan memperoleh yang dicitakan. Anak Laskar Pelangi amat yakin hanya pendidikan setinggi mungkin yang dapat memutus mata rantai kemiskinan keluarga mereka. Sekarang mereka benar - benar sudah menjadi "orang" antara lain,  Ahmad Fajri alias Mahar yang kini menjadi guru SMAN 2 Tanjung Pandan Belitong Barat, Aman alias A Kiong pedagang kopi laris di Pasar Gantong ( kru film menjulukinya Starbucks-nya Desa Gantong ), Husaini Rasyid alias Kucai Ketua Komisi A DPRD Belitong Timur dan Andis alias Andrea Hirata sendiri.

Dibalik kesuksesan mereka ada sosok sederhana yang dengan pengabdiannya sejak tahun 1971 mendidik 10 muridnya ditambah 1anak bernama Harun murid special need. Bu Muslimah sangat meninggakan kesan mendalam pada pola pendidikannya. Jasanya terkenang sepanjang zaman pada murid-muridnya. Bagaimana tidak beliau tidak pernah lelah memotivasi, membangun kepercayaan diri, tulus, ikhlash, telaten, inspiratif, pintar, penuh cinta dan tentu saja muslimah yang sholihah.

Saat ini kita butuh sebanyak-banyaknya guru yang dapat dijadikan role model seperti Ibu Muslimah. Yang dapat membuat muridnya begitu gigih bersekolah. Lintang bahkan harus menempuh jarak 40 km dengan sepeda ontel tua menuju SD Muhammadiyyah Gantong. Semangat mengalahkan segala rintangan. Bu Muslimah bahkan mencontohkan terlebih dahulu.Suatu pagi hujan amat deras dengan petir menyambar - nyambar. Kelas bocor, jalanan becek. Semua anak menepi ketakutan, tetapi mereka yakin Bu Mus tetap hadir walaupun terlambat. Bu Mus bukan tipe guru yang gampang bolos, apalagi hanya sekedar terhadang hujan. Spirit mendidiknya yang kuat mampu menerobos hujan yang lebat. Dan benar saja, dari jauh nampak Bu Mus berjalan di bawah guyuran derasnya hujan.Yang paling berkesan adaah Bu Mus datang berpayungkan daun pisang. Itulah Bu Mus.Tak ada payung, daun pisangpun jadi. Inilah gambaran sosok teladan Bu Mus yang dapat kita saksikan di film Laskar Pelangi. Dan itu diangkat dari kisah nyata.

Spirit Bu Mus dalam mendidik merupakan pelajaran moral penting bagi setiap pengajar. Tak banyak sekarang ini guru punya keikhlasan dan ketelatenan membimbing anak -anak yang mentalnya terbelakang seperti murid SD Muhammadiyyah yang benama Harun. Bahkan, ada sekian guru yang melihat masuknya anak dengan kebutuhan khusus akan menurunkan reputasi dan peringkat sekolah. Jadi sebelum pendidikan karakter, pendidikan inklusi di dengung - dengungkan seperti sekarang ini. Jauh hari Bu Mus sudah menjalankan itu semua. Sayapun salut dengan Bu Mus, sayang tidak bjsa bertemu beliau di Belitong. Karena informasi dari pak sopir beliau sekarang tinggal di Bandung sebagai pensiunan PNS, beliau tetap mengajar sebuah SD di Bandung. Secara berkala saja beliau ke Belitong. Bu Mus benar - benar mendedikasikan sepanjang hidupnya untuk pendidikan.

Kalau saja tak terdengar adzan Maghrib bisa dipastikan saya dan rombongan akan terus mengeksplore  replika SD Muhammadiyyah ini. 
 
Dua anak perempuan dan laki - laki usia SD mendekati kami, menawarkan tempat untuk berwudhu dan sholat. Sebenarnya saya ingin singgah agar lebih banyak lagi yang terungkap dan juga sekaligus menyegerakan sholat. Tetapi apa boleh buat, karena pergi dengan travel umum ya harus mengikuti jadwal mereka. Akhirnya saya niatkan sholat jama' ta'hir saja di hotel nanti. Dalam perjalanan tetap dalam dzikir menuju kota Tanjung Pandan
Makan malam dilakukan di warung makan dekat hotel. Segan rasanya kaki ini turun dari mobil karena sahutan anjing terdengar keras dan bau dupa penyembahan menusuk hidung. Ini warung makan milik Chinese Budha rupanya. Setelah antri cuci tangan, Bismillah menyeruput teh hangat manis menyegarkan badan setelah menempuh perjalanan seharian. Banyak makanan sea food terhidang. Saya kurang berselera dan juga menjaga kewaspadaan dalam hal makanan, karena itu saya hanya mengambil sedikit nasi putih dan udang goreng tepung yang insya Allah yakin halalnya, kalau yang berkuah terus terang saya ragu - ragu khawatir dicampur angciu dan sejenisnya.

Alhamdulillah, selesai makan ke tempat penjualan oleh - oleh. Sekedar membeli tanda kasih sayang kepada beberapa teman, kerabat dan tetangga dekat. Pilihan saya jatuh kepada gantungan kunci karena murah meriah dan sudah tergambar di sana daerah wisata yang kita kunjungi. Tak lupa saya menambah koleksi pin saya ketika mengunjungi tempat wisata dimanapun. Sejak adanya film Laskar Pelangj memang perekonomian masyarakat Belitong terangkat. Banyak di sepanjang jalan toko oleh - oleh, travel wisata, resto dan warung serta hotel dan cottage yang nyaman. Berkahnya dapat dirasakan semua orang, Barokallah Andre Hirata.

Bersambung...

0 comments:

Post a Comment