Saturday 11 May 2013

Napak Tilas SD Muhamadiya Gantong (4)



Kopi Manggar dan Batu Satam

Kopi Manggar terkenal enak menurut penikmat kopi sejati. Kami mampir di Warkop Kong Djie tidak jauh dari hotel. Hanya bapak yang dapat menikmati kopi hitam yang dimasak di atas bara kayu. Saya dan ibu hanya menikmati otak - otak ikan yang nikmat sekali dan sangat terasa ikannya.

Jam 09.00 kami sudah harus check out, waktu kami manfaatkan lagi untuk berpoto di depan monumen batu Satam ( Billitonite ) di pusat kota Belitong. Satam adalah  ikon Belitong. Ini merupakan batu meteoroit hitam yang jatuh dan ditemukan oleh para penambang timah dan kabarnya  tidak ditemukan di tempat manapun di dunia.

Sayangnya oleh sebagian masyarakat yang beraqidah lemah. Batu Satam ini dianggap mempunyai kekuatan  supranatural untuk melawan "kekuatan" jahat seperti santet, pelet, teluh.Bahkan beberapa masyarakat setempat ketika membangun rumah akan menanam pada empat penjuru rumah dengan 1 buah batu Satam. Di toko souvenir kita dapat menemui batu Satam dijual dalam bentuk cincin dan kalung. Harganya relatif mahal dan beberapa membelinya dengan bermacam niatan. Saya sendiri tidak membelinya.Semoga kita semua terhindar dari perkara syirik.

Dalam hadits riwayat Ahmad, Rosulullah saw sangat tegas melarang jimat, " Barangsiapa yang menggantungkan jimat, maka sungguh dia telah berbuat kemusyrikan. "

Rumah adat Bengkulu

Setelah check out kami berkunjung ke rumah adat Bengkulu.Inilah satu - satunya rumah adat yang masih asli, terbuat dari kayu dengan banyak jendela dan bergaya rumah panggung. Rumah ini sudah berdiri sejak zaman Belanda, setelah mengalami renovasi maka pada tahun 2009 di resmikan menjadi cagar budaya. Di dalamnya kita dapat menemui berbagai poto Belitong pada zaman Belanda, kelambu pengantin lengkap dengan hantarannya. Di ruang belakang tersimpan koleksi berbagai alat musik khas Belitong dan alat - alat pertanian. Di bawah dekat kamar mandi ada 5 buah gentong untuk wudhu melambangkan 5 sholat wajib.

Danau Kaolin

Perjalanan berlanjut ke danau Kaolin yang tidak jauh dari bandara. Subhanallah indahnya. Inilah pesona lain kecantikan pulau Belitong. Dengan dinding danau yang putih seperti salju berpadu dengan air biru toska yang tenang sangat memanjakan mata memandang.Apalagi dengan deretan pohon hijau dan gunung pasir bekas penambangan timah di sebrangnya. Ya, memang dulunya ini adalah tempat penambangan timah.

Penambangan timah di sini memang merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat setempat. Timah merupakan sumber daya alam sejak lama yang dimiliki oleh Belitong. Kandungan biji timahnya terbesar dari daerah lainnya, bakan di dunia timah asal daerah ini sangat mempengaruhi harga pasar dunia.

Sangat disayangkan kalau dalam penambangan timah ini dilakukan eksplorasi besar - besaran apalagi dengan adanya penambangan illegal. Akhirnya karena kurangnya tanggungjawab masyarakat yang dirugikan, kesejahtraanpun belum merata dirasakan oleh masyarakat. Kita bisa lihat dari atas pesawat sebelum mendarat banyaknya lubang-lubang bekas penambangan yang di sebut kolong, yang harusnya menjadi tanggungjawab mereka, jangan setelah mengeruk keuntungan dari timah ditinggalkan begitu saja lahannya.

Kolong - kolong ini menjadi lahan marginal yang tidak dimanfaatkan. Dampaknya tentu saja nyamuk malaria menjadi sangat berkembang dalam genangan air yang berwarna hijau, biru memang kelihatan indah tetapi mudhorotnya akan lebih besar jika tidak dikelola dengan baik, bahkan dikabarkan, pernah 4 anak  tewas karena berenang di sana mengingat airnya mengandung zat berbahaya.

Alhamdulillah Kementerian Pertanian membenahi kolong - kolong ini secara bertahap dengan memberikan bahan pembenah tanah dari bahan organik seperti sampah bekas rumah tangga. Di atasnya dapat ditanami lada. Kemudian juga dimanfaatkan menjadi peternakan ikan air tawar setelah sebelumnya dibenahi dari unsur berbahaya. Semoga ini bisa menjadi alternatif pekerjaan juga bagi masyarakat sehingga kesejahteraan tidak hanya dirasakan oleh segolongan orang tetapi semua ikut merasakannya.

Rasanya ingin lebih lama tinggal di bumi Laskar Pelangi ini, tetapi kami harus sudah terbang ke Jakarta setelah mengalami satu jam delay. Banyak kesan yang kami dapat, juga hikmah dan pelajaran dalam perjalananan ini agar ke depan lebih berempati, lebih bersyukur, lebih rendah hati, lebih bertanggungjawab, lebih bersabar, dan lebih lebih lainnya ke arah yang lebih positif. Mari kita nikmati lagi kekayaan alam karunia Allah Swt.

End

0 comments:

Post a Comment