Tak lengkap rasanya ke pulau tanpa mengejar sun set,
setelah beristirahat sejenak kami segera mengayuh sepeda bersama menuju Pantai
Perawan di sebelah timur letaknya. Subhanallah airnya bersih, pasirnya putih,
puas rasanya kami bermain dan mencari aneka kerang bersama keluarga di
sana.Pantas saja orang menyebutnya Pantai Perawan karena memang masih terjaga
keasliannya. Kali ini belum rizki kami melihat sunset yang indah karen
tertutup awan gelap, menandakan akan segera turun hujan. Kami bergegas kembali
ke home stay sebelum hujan benar-benar menyiram bumi.
Setelah makan malam, kami sempatkan untuk mengelilingi
kampung kecil yang bersih ini yang hanya ditinggali oleh 900 jiwa atau 265 kk.
Beberapa rumah menyediakan oleh - oleh dengan harga bersaing. Rupanya
keripik sukun dan manisan rumput laut yang menjadi khas buah tangan dari Pulau
Pari. Setelah dirasa cukup, saya dan Ibu melanjutkan perjalanan ke dermaga
utama karena nampak dari kejauhan ramai dan terang. Ada apa ya? Ternyata
seperti juga di daerah rumah kami, di Pulau Pari pun ada juga pasar malam.
Masyarakat berbondong-bondong keluar mencari hiburan dengan berbelanja aneka
barang dan permainan anak - anak sederhana. Kabarnya para pedagang ini berasal
dari Tangerang. Lhooo, memang dekat ya dari Tangerang ? Ya ternyata, dari
Rawa Saban Tangerang lebih dekat untuk ke Pulau Pari ini hanya sekitar 1 jam.
Padahal saya warga Tangerang tapi baru mengetahui informasi ini belakangan.
Dalam sejarahnya Pulau Pari yang luasnya 94, 57 hektar
ini dulunya merupakan tempat pelarian para pekerja paksa jaman penjajahan
Belanda. Mereka hanya dengan bermodalkan perahu cadik, sekuat tenaga mendayung
perahu dari Tangerang ke Pulau Pari. Dinamakan Pulau Pari karena dulunya banyak
ikan pari di perairan ini. Sekarang Pulau Pari merupakan gugusan pulau yang
masuk Pemerintahan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Jadi sambil
berwisata alam kita juga bisa sekaligus wisata budaya dan sejarahnya lho. Jadi
tambah wawasan kaaaan.
Sepanjang perjalanan pulang ke home stay saya
tergelitik untuk bertanya, di manakah warga setempat mengungsi sementara,
karena rumah mereka khususnya Jumat sampai dengan Ahad disewakan untuk home
stay. Selidik punya selidik ternyata mereka membangun 1 ruang kecil di belakang
rumah induk di sanalah mereka sementara tidur. Dan benar saja, waktu saya
pulang ada pintu penghubung di dekat kamar mandi dan terdengar suara tv dari
dalam kamar. Alhamdulillah ya, salah satu imbas dari menggeliatnya Pulau Pari
ini adalah ekonomi masyarakat lebih meningkat. Selain tentunya dampak negatif
juga menjajah masyarakat yang polos. Dalam hal ini pejabat setempat harusnya
membuat aturan dan sangsi yang ketat dengan masuknya minuman keras, pergaulan
bebas dan contoh akhlak yang tidak baik lainnya yang dibawa oleh para
wisatawan. Jangan sampai mengorbankan aqidah dan akhlak demi lembaran -
lembaran uang. Na'udzubillaah min dzaalik.
Awan gelap yang menutupi sun set sore tadi ternyata
terbukti. Selepas kami membereskan oleh - oleh, hujan deras turun. Kami sempat
khawatir dengan kondisi ini mengingat besok kami akan snorkling ke pulau lain.
Tapi sebagai muslim yang beriman kami harus saling mengingatkan untuk ikhlash
dengan semua takdir Allah termasuk hujan yang penuh barokah ini. Setelah sholat
Isya, saya memilih untuk tidur menyiapkan stamina esok hari, yang lain masih di
teras menikmati hujan malam hari sambil merencanakan perjalanan snorkling besok
dan tentu saja sambil menunggu chasan gadget mereka, maklum stop kontak hanya
terbatas dan kami lupa membawa kabel gulung mini.
Tengah malam saya terbangun, ternyata keluarga saya
terutama yang dewasanya baru pulang dari barbeque di pantai, rupanya begitu
hujan reda mereka diajak ke pinggir pantai oleh Mas Erwin. Dalam jadwal saya
tau ada agenda barbeque tapi saya memilih untuk beristirahat saja mengingat
saya alergi dengan sea food dan hak mata untuk istirahat sudah tidak bisa
ditawar lagi.
Keesokkan harinya setelah Subuh kami berjalan kaki
menuju dermaga utama yang sudah ramai dengan orang trutama anak - anak muda,
kami nkatkan untuk mentafakuri alam, melihat keindahan sun rise sambil membaca
Al Ma'tsurat. Memang dalam melakukan wisata agar target ibadah yaumiyyah kita
tetap berjalan memang harus pandai mengatur waktu. Insya Allah dengan niat kuat
semua bisa kita kerjakan. Subhanalah, cantiknya mr Sun menyambut pagi nan cerah
dengan senyuman merekah. Assalamu'alaikum teman -
teman......Hallooo...Semangaaat Pagiii !!!!! Kamipun sibuk dengan berbagai
macam gaya untuk mengabadikan kesempatan emas ini. Ciiiis....Klik....
Pulang ke home stay, bersih diri, makan daaaan siap -
siap snorkling. Semua siap dengan pakaian renangnya. Yang laki -laki tetap
menutup auratnya dengan baju renang celana dan baju panjang, perempuannya
apalagi semua gaya dengan baju renang muslimahnya, dan tentu saja saya yang
paling ralat dengan kaos kaki tetap terbalut ke manapun pergi. Hehehe ini
awalnya yang membuat Bapak risih, kok ke pantai pakai kaos kaki aneh kamu. Tapi
setelah diberi pengertian Bapak berusaha menghormati prinsip saya dalam menutup
aurat berusaha kaffah. Insya Allah Aamiin.
Sunblok, kacamata hitam, topi pantai, kain pantai,
melengkapi wisata pantai kami. Anak - anak kelihatan paling riang, kesulitan
selama perjalanan di kapal ??? Sudah lupa tuh !!! Perahu tradisional milik
nelayan sudah menunggu, kami menaiki perahu dengan tak lupa membaca doa naik
kendaraan laut. Guide kami menjelaskan cara memakai peralatan snorkling seperti
masker dan fin atau kaki katak dan life jacket. Tak lupa cara mengatur nafas
diperagakan pula.
Sampailah kami di spot snorkling di Pulau Bintang
Rama. Semua masuk ke dalam laut. Anak - anak semua berani terjun ke laut, hanya
saya sebagai budenya yang takut maklum pengalaman pertama. Bismillah dengan
dipandu adik dan Bapak akhirnya saya ikutan menceburkan diri ke laut. Ibunda
yang memang kecilnya di sungai Kalimantan langsung mengajak poto underwater.
Mas Erwin tentu saja sangsi, karena supaya bisa masuk ke dalam air harus lepas
life jacket. Karena Ibunda dan adik mantap, akhirnya jadilah mereka poto underwater.
Subhanallah yaa ikannya cantik - cantik dan tampan - tampan, sangat jinak
mendekat ketika diberi nasi yang memang sudah kami siapkan darj home stay,
karangnya meingkar panjang dengan terumbu karang. Subhanallah indahnya ciptaan
Allah.
Puas dengan snorkling sekitar sejam, kami bersiap -
siap kembali ke darat. Karena hari Jumat, bapak - bapak, harus dapat mengatur
waktu dengan baik, karena sholat Jumat hukumnya wajib bagi laki - laki muslim.
Sampai home stay kami bersih diri, packing dan segera menuju Masjid untuk
sholat Jumat. Saya bersyukur mempunyai keluarga yang istiqomah menegakkan
sholat di manapun berada.
Setelah sholat Jumat dan sholat zhuhur bagi kami yang
perempuan, kami check out dari home stay menuju dermaga, sambil
menunggu kapal sederhana, kami makan bakso besar-besar dan enak
rasanya, rupanya juga dikirim dari Tangerang. Setelah puas makan bakso, kami
membeli oleh - oleh di kios berupa gantungan kunci, pin, kaos dan topi pantai.
Kapal sederhana datang jam 13 siap mengangkut kami ke Tanjung Priuk.
Selama perjalanan ke Jakarta tentu kondisinya tidak
jauh berbeda.Hanya saja pengamatan saya lebih kepada perilaku penumpang yang
tidak menghormati penumpang lain seperti merokok padahal pas di atas kepalanya
ada tulisan di larang merokok, sampai iseng saya photo saja, penumpang di atas
kapal lain lagi perilakunya terdengar berisik langkah kaki, mereka tidak
memikirkan keselamatan nyawa, perilaku membuang sampah dari ataskapal juga
terlihat di mana- mana, pantas saja laut tidak lagi jernih. Dipikirnya agama
hanya ibadah ritual saja semacam sholat, zakat, puasa ? Memang belajar agama
itu harus juga mengkaji selain mengkaji sehingga agama dibahasakan pula
membumi.
Sampai di Tanjung Priok hampir semua penumpang tidak
sabar ingin cepat keluar, akhirnya sah lah jendela menjadi pintu. Berubah
fungsi rupanya. Kasihan anak - anak yang sedang dibangun karakter logikanya.
Kalau tidak pintar - pintar pendidik menjelaskan, memberi contoh maka tumbuhlah
ananda menjadi manusia yang tidak bisa berpikir logis, tidak menghormati hak
orang lain, tidak mengetahui fungsi semestinya, tidak sabar dan lain - lain.
Jadi wisata ini juga sebagai bahan pelajaran bagi ananda sekalian agar bisa
mengambil ibrohnya.
Fuuuuiiiih berpeluh keringat, Alhamdulillah keluar
kapal dengan selamat. Kami berpisah karena 2 keluarga kami berbeda arah parkir
mobilnya. Perjalanan ke parkiran lumayan jauh. Saya berusaha mengimbangi kaki
tua Bapak sambil membawa tas yang lebih berat karena berisi oleh-oleh dan
kerang. Samlai di parkiran, setelah barang di mobil, kami berbelanja aneka sea
food untuk di olah di rumah. Sudah terbayang aroma bakar dari dapur ibunda,
akan menemani kami saralan esok hari. Sayaaang saya tidak bisa ikut makan
karena alergi masih menjadi penyakit utama saya.
Semoga dengan berbagi pengalaman ini bisa menjadi amal
sholeh saya, sehingga kalau ada yang belum pernah ke Pulau Pari sudah ada
bayangan dan insya Allah kami akan kembali ke pulau lainnya lewat Marina Ancol
agar lebih santai dan menyenangkan perjalanannya. Tunggu cerita-cerita
lainnya yaaa...Belitong. Napak Tilas Laskar Pelangi, Perkembangan Islam di
Baduy, Dieng Negeri di Atas Awan dan lain-lain. -end-
0 comments:
Post a Comment