Friday 9 August 2013

Mari kita bicara bermutu anakku...

Dalam keseharian anak - anak kita pasti tidak terlepas dari berinteraksi baik bersama teman sebaya, teman yang lebih tua dan lebih muda.Bahkan di era ini banyak anak yang lebih banyak berteman dengan media televisi. Dalam interaksinya tersebut anak akan bersinggungan dengan pengaruh positif dan negatif. Orang tua yang belum faham tentu tidak terlalu mengkhawatirkan dampak dari interaksi keseharian tersebut. Dan dari ketidakfahaman sebagian orang tua tersebut ada tugas kita untuk mendakwahi mereka sesuai dengan bahasa yang mudah difahami dan dalam suasana yang santai agar mudah dalam penerimaannya.
Anak tidak mungkin akan kita buat steril dengan tidak mengizinkan dia bermain dengan teman - temannya. Tapi jika kita izinkan main, maka bersiap - siaplah pulang dengan membawa oleh - oleh perkataan yang membuat kita terkaget - kaget. Saya sering mendengar anak usia dini dengan mudahnya melontarkan kata seperti;  be*o lu, o*n banget, s**lan, kur**g aj*r bahkan kata binatang sampai se kebun binatang dikeluarkan dari mulut mungilnya. Si Ibu yang mendengar karena merasa sesuatu yang biasa hanya tertawa saja, atau ada juga Ibu yang merespon dengan bentakan yang perkataannya juga kasar dan memukul mulut si anak.
Nah, hal seperti itu akan sering dilihat dan didengar oleh anak usia dini yang merupakan peniru ulung. Kalau kita punya rizki yang bagus tidak masalah kita tinggal di lingkungan kompleks yang lebih terpelajar dan kondusif. Bagaimana dengan kita yang memang penghasilannya minimalis sehingga bisa  mengontrak di perkampunganpun sudah bersyukur. Di satu sisi kita ingin mempunyai lingkungan yang kondusif tapi di sisi lain apa daya tangan belum sampai.
Menciptakan sendiri lingkungan yang kondusif merupakan tugas dakwah kita. Buatlah suasana di rumah kita seperti taman bermain sederhana dengan aneka buku cerita, aneka permainan yang mendidik dan kalau ada lahan dan rizki bisa kita lengkapi dengan mainan outdoor. Mengajak teman - teman anak untuk bermain di rumah kita rasanya lebih aman dan terkontrol dibanding dilepas di luar.
Dengan dibuat suasana seperti ini orang tua lain tentunya akan merasa senang karena ada area bermain gratis di lingkungannya. Ketika mereka sudah mulai simpatik, maka lebih mudah bagi kita memberi wejangan kepada mereka khususnya masalah berbicara bermutu . Anak - anak itu belajar dari model di sekitarnya karena itu kita tekankan kepada para ibu untuk lebih menjaga lisannya dari perkataan yang tidak bermutu. Bukankah dalam hadits Bukhori, ucapan yang baik itu sedekah? Alangkah indahnya Islam dengan berbicara baik saja sudah dihitung sedekah, jadi bukan hanya orang yang banyak uang saja yang mampu bersedekah banyak. Dengan motivasi sederhana, insya Allah mereka akan lebih memahami.
Beberapa ayat dan hadits di bawah ini juga dapat kita jelaskan kepada mereka seperti,
Dalam QS Al Hujurat ayat 12 yang intinya adalah  Allah melarang kita untuk bergunjing, mencari - cari kesalahan orang lain dan berprasangkan buruk.
Dalam HR Ahmad, " Termasuk kebaikkan Islam seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna. "
Tentu saja termasuk berkata yang tidak bermutu adalah tidak berguna, jadi wajib ditinggalkan.
Dalam HR Bukhori, " Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata baik atau diam."
Pantas ada pepatah diam itu emas, karena lisan itu tidak bertulang maka lentur saja mengeluarkan kata tapi sebaiknya kedepankan dulu pikiran sebekum bicara.
Dalam HR Bukhori lainnya, " Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya dapat selamat dari gangguan tangan dan lisannya."
Kalau kata orang Betawi bilang, "mikir dulu jangan asal nyablak."
Iya benar karena kita tidak selalu tahu kondisi orang sedang kita ajak bicara mungkin saja hatinya sedang galau jadi mudah tersinggung.
Bahkan Rosulullah saw mengabarkan dalam HR Bukhori "Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak dipikirkan apa dampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur dan barat."
Iiih seram yaaa.... gara-gara lisan, seseorang bisa terjerumus ke dalam neraka Na'udzubillaah min dzaliik, tapi gara - gara lisan juga lho seseorang bisa dengan mudah masuk syurga. Karena itu teruslah kita berdakwah dimulai dari diri sendiri ibda bi nafsik dengan memberi contoh bicara yang bermutu,  kemudian baru kita nasehati anak kita, suami kita, semua anggota keluarga dan tetangga terdekat kita,  sedikit demi sedikit kita mulai dari tema pentingnya bicara bermutu. Tema yang spesifik malah lebih mengena lhooo jangan khawatir Nabi saw sudah menyampaikan balighu anni walau aayah sampaikan dariku walau satu ayat.
Insya Allah kalau kita konsisten antara ucapan dan perbuatan maka kesabaran kita akan membuahkan hasil. Kita akan mendapati lingkungan yang lebih kondusif. Sehingga perjuangan membangun karakter pada anak kita akan lebih mudah.
Saya sebagai pendidik sangat berbahagia kalau ada laporan dari orang tua baik yang sekolah di tk sentra Syahidah maupun di paud gratis milik saya, seperti ini kata mereka,
Ibu A : Subhanallah ibu, anak saya bicaranya sekarang bermutu. Dia bilang ke adiknya " Dek, sabar dek...orang sabar itu di sayang Allah."
Ibu B : Papanya nonton bola spontan bilang si*lan. Anak saya langsung bilang, " Iiih... Papa bicaranya ngga bermutu."
Ibu C : Anak saya kalau main dengan teman di rumah sudah bisa ingatkan temannya untuk bicara bermutu "Anto, kok ngomongnya begitu, bicara yang bermutu, istighfar, Nto."
Tentunya kita semua mau kan mempunyai anak yang kuat karakternya, sehingga sudah bisa memilih mana perkataan yang bermutu dan tidak bermutu bahkan sudah bisa dan berani mengingatkan orang - orang di sekitarnya. Inilah modal dasar untuk mewujudkan generasi pelanjut risalah dakwah adalah anak yang mempunyai karakter kuat.
Karakter bicara bermutu :
- Mulai dari diri sendiri memahami pentingnya bicara bermutu
- Ajak keluarga untu bicara bermutu atau yang baik.
- Ciptakan lingkungan kondusif .
- Memberi pemahaman kepada ibu - ibu di sekitar kita
- Pilihlah sekolah dengan guru-guru yang konsisten dalam menerapkan bicara bermutu, karena anak belajar dari orang dewasa di sekitarnya dan untuk anak usia dini figur guru sangat menentukan selain yang paling utama adalah Ayah dan Ibu sebagai pendidik pertama dan utama.
Insya Allah bersambung dengan karakter - karakter berikutnya yang penting untuk dibangun sejak dini.

0 comments:

Post a Comment