Wednesday 7 August 2013

Di ujung manakah sabar dan syukur kita??

PERCAKAPAN I
Bulan November mendekati tahun 2000.
Mandiyev,” Hasbunallah wa ni’mal maulaa wani’man  nashiir….”
Djauhar,” Abi, kenapa abi menangis…? Apakah abi lagi merasa sakit, ya?  Abi menyesal ya, ikut perang sehingga abi seperti sekarang, kaki abi harus diamputasi sebelah…?”

Mandayev,” Anakku, abi emang sedang menangis... tapi sama sekali bukan karena abi menyesal telah ikut perang Chechnya, apalagi karena kaki abi diamputasi, nak…sama sekali bukan…” Abi menangis justru karena abi bersyukur… Allah telah meringankan langkah abi untuk ikut berjuang mengusir penjajah  dari Chechnya… Kalau abi merasa sakit, ya, memang nak, tentu siapapun yang mengalami kakainya diamputasi akan merasa sakit, tapi kamu tahu, nak… Allah berfirman dalam ayatnya,”....... Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS An Nisa: 104). Itulah yang membedakan abi bersama rekan rekan dibanding mereka, para penjajah.
Fatmayef,” Nak, umi mau tanya… Kalau pas kamu main perang-perangan… pas kamu ngumpet… eh.. tahu-tahu ada yang “nembak” kamu, entah dari depan, belakang… bagaimana perasaan kamu nak…??
Djauhar,” Ya, pastilah aku takut umi... tegang umi…”
Fatmayef,” Nah, tangisan abi tadi… adalah tangisan rasa syukur... kamu bilang kan… main perang-perangan aja kan bisa buat kamu ngeri, kan…? Trus Gimana abi…? Di kiri kanan, depan belakang, desingan peluru… melewati badan abi… di kiri kanan… hujan bom bom  berdentuman… tapi abi mampu bertahan dalam situasi yang sangat berat seperti itu… dengan penuh kesabaran dan tawakkal kepada Allah… sampai akhirnya Allah mentakdirkan abi terluka dan harus diamputasi sebelah kakinya” (Fatmayef tampak mendesah... sambil meneteskan air mata… membacakan ayat Al Quran,”…dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (QS 2: 177)
Djauhar,” Umi, umi nangis juga ,ya...?"
Fatmayef,” Bukan hanya itu, Djauhar, anakku… Bahkan sebelum peperangan dimulai, banyak selebaran-selebaran dari penjajah yang mengancam... kata selebaran itu… kalau kalian warga ikut berperang, kalian akan cacat seumur hidup… kalian akan berpisah dari anak istri... bahkan ada temen abi juga yang terpengaruh, dan mengingatkan agar abi tidak ikut berjuang… Tapi Alhamdulillah, abi bisa melalui semua ujian tersebut untuk tetap maju ke medan tempur...Perhatikan baik-baik Djohar Firman Allah ini, "Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan atau pun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS at-Taubah: 41)
Djauhar,” Terus, kalau abi udah diamputasi begini… nanti gak ikut perang lagi, dong…”
Fatmayef,” Djauhar…… anakku sayang… Tentu selama tidak ada alasan untuk berperang, ya tidak berperang lagi dong… Kita tidak boleh menyerang orang lain tanpa alasan yang benar. Semoga dalam waktu dekat negri kita bisa merdeka… Tapi yang perlu kamu ingat, bahwa abi tidak akan berhenti dalam berjuang untuk kemulyaan Islam, kemulyaan dakwah islam, dan kemulyaan negri kita tercinta ini…meski kaki abi tinggal sebelah…”
………………………………………………………………………………………………......….
PERCAKAPAN II
Musim dingin, di salah satu sudut kota di negeri kincir angin.
Abu Salman,” Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh… Alahamdulillah,hari ini, abi sengaja shalat di rumah berjamaah dengan kalian semua agar ada kesempatan untuk sedikit saling taushiyah diantara kita… karena biasanya abi shalat lima waktu di masjid sebelah…Bagaimana Ahmad, disertasi kamu…?
Ahmadi,” Alhamdulillah, abi… moga diberi kelancaran oleh Allah…”
Abu Salman,” Aisyah, gimana ujian kamu…?
 Aisyah,” Alhamdulillah abi... aisyah dapet ranking satu lagi…”
Abu Salman,” Subhanallah… Betapa bahagianya abi dan umi… setiap mendengar berita berita yang membahagiakan dari kalian..., begitu kan,umi…”
Umu Fatiyah,” Tentu saja dong abi… bagaimana tidak… kedua anak kita sholeh dan sholehah… prestasinya membanggakan... dan kita selalu bisa kumpul bersama, lagi…”
Abu Salaman,” Ahmadi, jangan lupa ya, pesen abi... Tetaplah jadi pribadi yang rendah hati, meski kamu telah mampu meraih prestasi tinggi… Dan yang lebih penting lagi jangan sampai kau sia-siakan semuanya, semua ilmu kamu, semua keahlian kamu, jangan sampai orientasi hidup kamu berubah… Kamu telah lulus sarjana kedokteran…kemudian  S2 nya syariah… terus S3 nya doctor syariah dan ekonomi… semuanya akan kurang bermakna jika tidak kamu curahkan dengan segenap tenaga untuk kemajuan Islam….’izzul islam wal muslimin….”
Ahmadi,” Insya Allah abi, akan selalu saya pegang amanat abi….”
Abu Salman,” Umi, Ahmadi, Aisyah……kita sudah sepantasnya bersyukur kepada Allah atas semua karunia ini… Tapi di sisi lain pun, kita juga harus terus introspeksi, muhasabah, dan mempersiapkan diri… bahwa hidup ini hakekatnya adalah ujian… kita tidak tahu persis takdir Allah yang akan kita alami di kemudian hari... Tentu kita semua tidak menghendaki kita semua mendapat musibah,ujian dan cobaan, kita berlindung kepada Allah dari itu semua... Tapi kadang abi berpikir... moga semua anugerah yang kita alami selama ini… bukan pertanda, bahwa abi… kita-kita ini… adalah orang yang tidak pantas diuji oleh Allah dengan berbagai ujian, dikarenakan kualitas keimanan dan kesabaran kita adalah  lemah… bukankah Allah akan menguji seseorang sesuai dengan kualitas keimanannya…? seseorang diuji sesuai kadar agamanya… jika agamanya kuat, ujiannya akan ditambah dan jika agamnaya lemah, maka ujiannya akan diringankan… (petikan dari arti  HR Tirmidzi)  ‘Ala kulli hal… marilah kita semua selalu menjaga dan memperbaiki hubungan kita dengan Allah dan senantiasa bermuhasabah (introspeksi )… sehingga suatu ketika kita mendapat anugerah... kita akan senantiasa bersyukur… demikianpun ketika kita mendapat musibah… kita bisa bersabar…
……………………………………………………………………………………………………..
PERCAKAPAN III
Di sebuah kampung di Jawa Tengah.
Abdullah,” Mas, tasnya di taruh dimana sih…? Aku mau pakai, nih.”
Abdul Majid,” Lho, bukannya hari ini giliran mas yang pakai…?
Abdullah,” Yah, mas sih… aku kan lagi pengin lagi pakai tas itu… abisnya temen temen pada suka kalau aku pakai tas itu…”
Abdul Majid ,” Ya udah deh…..masa gara-gara tas kita harus berantem.... O ya, dik Gimana besuk… apa temen-temen jadi ke rumah kita untuk lihat computer ini…?
Abdullah,”  Jadi, dong… malah katanya  mereka akan mengarak keliling kampung... Nah,  tuh dia, mereka pada datang…”
Abdul Majid,” Begitu, ya…? Ya deh, gak apa… apalagi computer kita ini adalah computer kedua yang ada di desa kita. Makanya kita bersyukur dik, ditakdirkan memiliki computer ini.”
Anak-anak,”  Yuk,kita angkat bareng bareng terus kita arak puter kampung…”
Abdullah,” Mas, gimana akhirnya nanti… milih SMA yang mana, mas…?
Abdul Majid,”  Tahu nih,dik… masih agak bingung… abis yang nawarin banyak. SMA bagus-bagus lagi…”
Abdullah,”  Moga aku nanti bisa seperti mas, deh…..kalau bisa ranking kan masuk SMA nya malah jadi rebutan…”
Abdul Malik,” Makanya,dik…belajar yang bener, jaga terus prestasi kamu…. sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah.”
Abdullah, “Insya Allah,mas...”
Abdul Malik,”  Moga kita tidak mengecewakan bapak dan ibu…”
Abdullah,”  Amiin….”
………………………………………………………………………………….............................
PERCAKAPAN IV
Di Umbul Harjo, Jogjakarta…suatu pagi…
Ustadz Sanusi,” Gimana Budi, apakah persiapan udah oke semua…?”
Budi,” Insaya Allah, ustadz..”
Dokter Rini,” Suster Ida,  semua obat obatan  kira kira mencukupi kan?
Suster Ida,” Insya Allah…”
Slamet Riyadi, warga Umbul Harjo yang kebetulan lewat, berkata,” Nak Budi… kok ramai ramai begini… emangnya akan ada apa …?”
Budi,”  Insya Allah akan digelar baksos dan pengobatan gratis pak.”
Slamet Riyadi,” PKS, ya…? Lho, bukannya belum lama ini sudah diadakan acara seperti ini… Bahkan kalau gak salah di kecamatan sebelah juga diadakan waktu itu?”
Budi,” Insya Allah pak, moga apa apa yang telah kami jalankan, bermanfaat bagi masyarakat…”
Hei, Budi, sini bentar, saya mau nanya nih… kata salah seorang yang tak lain adalah Robert… yang dari tadi menyimak pembicaraan mereka berdua…”Bud,emang lu dikasih berapa…aku liat kamu semangat benget ikut acara acara kayak gini...?”
Budi,’ Alhamdulillah… kalau dari pagi sampai sore, kira kira ya...”
Robert,’ Berapa Bud, udah jangan sungkan sungkan… Kalau cocok kan, kali-kali aku juga bisa ngikut bantu juga….”
Budi,’ Alhamdulillah, lumayan banyak mas… pertama, dapet keredloan Allah… yang kedua… dapet kepuasan karena masyarakat merasa terbantu..”
Robert,” Ah, kamu…..swear………gak dapet apa-apa…?”
Budi,” Emang tampang saya, wajah bohong ya mas…?”
Robert,” Ya enggak, sih… bahkan aku percaya, apa yang kamu omongin  itu jujur… ”Eh,Bud ada pertanyaan lagi buat kamu….Gini, Bud….Kamu kan tahu, partai kamu nih, PKS… Kan lagi gunjang ganjing kayak sekarang… hampir tiap hari kagak ada media yang nglewatin pemberitaan seputar PKS… seputar petinggi PKS… apakah kamu gak minder, gak malu sama masyarakat… kok aku liat, kayaknya kamu enjoy enjoy aja…malah makin gila kali acara acara yang kamu dan temen kamu kerjain akhir akhir ini...”
Budi,” Gini mas Robert, eh maaf, ngomong omong mas Robert Muslim kan…??
Robert,” Gondrong-gondrong gini aku juga shalat lima waktu, Bud…”
Budi,” Kami, di pengajian kami, di tarbiyah kami, senantiasa diajarkan agar meluruskan semua orientasi dalam melakukan pekerjaan. Dalam melakukan amalan. Entah itu ketika beramal secara individu, atau berjamaah seperti sekarang ini. Jangan sampai semua amalan kami menjadai sia-sia karena kesalahan niat dan orientasi kami. Adapun PKS sendiri bagi kami, adalah sebuah kendaraan diantara kendaraan kendaraan yang lain yang bisa menjadi wadah untuk beramal, seperti yayasan,ormas,dll. Allahu Ghayatunaa… Allah adalah tujuanku…begitulah yang diajarkan dalam tarbiyah kami..Kami beramal bukan karena partai, bukan karena pimpinan kami… Tapi bukankah setiap aktivitas jaman sekarang harus ada identitasnya, mas Robert…”
Robert,” Trus, kalau misalnya Petinggi kamu ada yang salah… maaf - maaf nih, ya… saya gak nuduh… saya juga gak bodoh kok Bud, akan kemakan begitu saja… akan menelan begitu saja semua berita media, gimana tu Bud…?”
Budi,” Itulah mas, dalam pengajian kami, dalam tarbiyah itu sangat ditekankan untuk memahami  secara mendalam kemudian mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari hari, semua akhlak akhlak islam yang utama… seperti   sabar… syukur… tawakal…husnuzhon….., dll. Coba mas bayangkan, jika semua akhlak tersebut tidak kami genggam erat… tentu mas Robert bisa bayangkan kegoncangan yang mungkin terjadi diantara kader PKS mendengar pemberitaan yang sangat luar biasa gencarnya, yang sangat sulit lagi dipilah, mana yang fakta, mana yang dusta, mana yang berita, mana yang fitnah…..apalagi prinsip media kan… BAD NEWS IS A GOOD NEWS…..Insya Allah dengan kekuatan kesabaran yang kami miliki, kami semua bisa melewati semua ujian ini... Aktivitas-aktivitas kami, amaliyah amaliyah kami,program program kami, Insya Allah tidak akan terhenti hanya gara gara masalah itu.. Dan saya juga pesen sama mas Robert, janganlah ikut ikutan mengedepankan prasangka buruk kepada saudara kita sesame Muslim… justru ketika misalnya ada diantara mereka yang mendapat musibah, kita justru harus menguatkan, jangan mencaci makinya,apalagi semua kan belum final… dan satu lagi nih… ehm… agak tinggi bahasanya…dan harus agak dikit berbisik… itu tuh... bau itunya makin krasa…apa….tuh…KONSPIRASI…itu, eh, bener, ya…?”
Robert,” Oke deh, Bud… aku paham kok, yang kamu maksud……..Jujur aku akui Bud…kadang aku berpikir… kader kader PKS nih, apa sih maunya…? Kagak ada ngepernya…kagak ada matinya…meskipun coba dimatiin berkali-kali... Tapi setelah denger penjelasan kamu… oke, deh..aku maklum, dan salut buat kamu semua kader PKS…Oya,ngomong-omong,gimana nanti 2014...?
Budi,” Mas Robert, kalaupun memang ada di antara kader PKS atau pimpinan yang bersalah, ketahuilah, kami hanyalah kumpulan manusia biasa,yang tak luput salah dan dosa… bukan kumpulan para Malaikat. Bukankah Islam menyediakan pintu taubat untuk itu…? Insya Allah itu semua tidak akan mempengaruhi karya kami untuk menyongsong 2014 nanti. Sebenarnya, sejak awal kami berdiri (Partai Keadilan), kami selalu berusaha berpolitik secara santun… berusaha menebar cinta kepada sesama… Namun, dalam perjalanan, tidak bisa dipungkiri, ada saja pihak - pihak yang menjadikan politik ini ajang intrik, ajang “peperangan”. Maka,kami dibina untuk mampu menghadapi semua itu…melawan badai, menahan hantaman, bertahan dalam “peperangan”. Pukulan pertama yang tidak menjatuhkanmu, justru akan menguatkanmu… Yang memenangkan peperangan, bukanlah mereka yang mampu membunuh paling banyak, tapi…mereka yang mampu bertahan lebih lama…” Itulah amanat presiden kami., Ust Anis Matta. ,” Dan kami siap menghadapi “peperangan” 2014 dengan menebar cinta, kerja ,harmoni.”
……………………………………………………………………………………………………
Sejenak….sambil melepas lelah, kita rehat sambil menebak…kira-kira dari keempat percakapan diatas… yang mana yang fiksi…yang mana yang nyata…. apakah semua fiksi… apakah semua nyata… Bagi yang jawabannya ternyata salah…maka bersabarlah… bagi yang tebakannya nanti ternyata benar….maka bersyukurlah...
……………………………………………………………………………………………….......…Marilah kita layangkan ingatan kita pada penggalan syair lagu ini… Dunia ini… panggung sandiwara. Yang harus… kita lewati...
Memang tidak dapat dipungkiri, dunia ini ibarat  panggung sandiwara. Kalau kita perhatikan  baik sandiwara teater maupun sinetron modern, hampir semuanya berujung pada happy ending, berapapun episode yang ditayangkan. Itulah cerminan bahwa memang seluruh manusia menghendaki ending yang manis dalam kehidupannya. Namun Kalau kita cermati pula, penggalan penggalan episode yang dilaluinya justru tidak jarang membuat dahi pemirsa mengernyit dan bahkan tidak jarang menguras air mata.
Jika kita mengenang kembali terjadinya tragedi tsunami, dan coba membayangkan kita adalah bagian dari para korban itu,tergeletak disembarang tempat, di tumpukan sampah,bergelantungan di atap genteng, terseret ke tengah lautan, tercabik - cabik disudut sudut jalan... atau kita bagian dari para keluarga korban itu… tentu akan terasa menyayat - nyayat jiwa kita…. Musibah,ujian dan cobaan telah Allah tetapkan akan selalu ada seiring berputarnya dunia ini. Namun , seiring lajunya dunia dan singgahnya musibah,ujian dan cobaan, dan kematian… hiduppun harus tetap berjalan,” Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia  menguji kamu, siapa diantara kamu yang paling baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS : 67:2).”  Inilah sesungguhnya sebuah hakekat yang harus kita pahami bersama….Ternyata Allah mentakdirkan itu semua untuk menguji kita, apakah kita terhenti karenanya…ataukah kita tetap melaju seiring  lajunya kehidupan…Orang bilang…show must go on…
Petikan petikan dalam empat adegan singkat di atas, sungguh dapat mewakili berbagai fenomena yang patut kita jadikan pelajaran, bahkan kalau memang mampu, kita coba ikuti. Kesabaran itu muncul biasanya setelah dihadapkan atau dibenturkan dengan sebuah permasalahan, ujian atau musibah. Terkadang hal itu muncul sama sekali diluar dugaan kita…..terkadang pula muncul setelah sebelumnya kitapun memperkirakannya bahwa hal itu akan tiba. Namun apa yang dilakukan oleh Mandayef, seorang Mujahidin Chechnya diatas, sungguh…….mungkin orang mengatakan…itu diluar  “maqom” kita, kebanyakan orang.  Bagaimana tidak? Ujian,musibah yang kemunculannya menjadi penyebab orang harus bersabar, dan seringkali sebenarnya tidak dikehendaki kehadirannya…justru sengaja disongsongnya… padahal sudah jelas dihadapan mata resiko apa yang nanti akan dihadapi… kematian, luka, cacat seumur hidup… dan sebagainya… subhanallah… Kesabaran yang semacam ini, mungkin kalaupun tidak setara, paling tidak… ada sedikit dibawah derajad ujian kesabaran para Nabi dan Rasul.” dan orang - orang yang bersabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan , mereka itulah orang - orang yang benar (imannya.) dan mereka itulah orang - orang yang bertakwa. ( QS 2:177).”
Mungkin kita belumlah apa - apa dibandingkan mereka. Namun kisah kisah seperti itu harus banyak memenuhi file lembaran hidup kita, justru jangan kita campakkan ke tempat sampah……
Sebuah keteladanan model lain pun ditunjukkan oleh keluarga Abu Salman…..Ditengah perjalanan kehidupan keluarganya yang dari waktu ke waktu senantiasa diliputi kesuksesan, kebahagiaan, tidak membuat mereka jumawa,tidak membuat mereka lupa diri…,” (Kami jelasakan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput darimu, dan supaya kamu jangan terlalu bergembira terhadap apa yang diberikannya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai orang - orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS:Al Hadid: 23).”  Berapa banyak orang yang tergelincir  dalam kehidupannya gara-gara ujian kesenangan…dan berapa lagi yang melenceng atau bergeser dari orientasi hidupnya semula… dari pengabdian semata kepada Tuhannya… kepada agamanya, menjadi seorang budak angkara… gara-gara kesuksesan yang diraihnya.  Inilah salah satu model sempurna dari keluarga yang selalu membaca  diri mereka dari waktu ke waktu… seperti ungkapan Abu Salman, ”Tapi kadang abi berpikir… moga semua anugerah yang kita alami selama ini…. bukan pertanda, bahwa abi… kita-kita ini… adalah orang yang tidak pantas diuji oleh Allah dengan berbagai ujian, dikarenakan kualitas keimanan dan kesabaran kita adalah  lemah… bukankah Allah akan menguji seseorang sesuai dengan kualitas keimanannya...?”. Sebuah keluarga yang berhasil menyeimbangkan dua akhlak utama dalam islam, sabar dansyukur….bersabar untuk tetap dalam orientasi semula….dan bersyukur atas semua karunia……,” Tidakkah kamu perhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Nya, supaya diperlihatkan kepadamu, sebagian dari tanda - tanda kekuasanNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda - tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur (QS 31:31).”
Bukan hanya dalam bentuk musibah bencana alam dan peperangan saja yang mesti dihadapi dengan keabaran… Ketika berhadapan dengan manusia, baik individu maupun kelompok pun dibutuhkan kesabaran. Banyak sekali pemicunya, dua diantaranya adalah akibat adanya fitnah dan amarah. Bahkan kesabaran dalam mengatasi hal ini sering tidak kalah dibanding ketika menghadapi musibah lainnya. Karena ia bisa muncul kapan saja dan dari siapa saja. Dari tetangga, dari rekan kerja, dari lawan politik, bahkan dari kerabat dekat kita. Akan banyak sekali hal yang terkadang dipertaruhkan terkait hal ini….kondisi psikologis…hubungan sosial…bahkan hubungan silaturahim.
Oleh karena itu islam sangat mewanti wanti akan kedua hal tersebut, yaitu fitnah dan amarah. Dalam seuah hadits diriwayatkan bahwa: seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dan berkata: Wahai Rasulullah wasiatilah saya, Rasulullah bersabda: Jangan marah. Laki laki tersebut berkata: Saya berpikir ketika Rasulullah berkata demikian, ternyata saya mendapatkan bahwa marah itu merupakan sumber dari seluruh kejelekan. (HR: Ahmad )
Fitnahpun tak kalah mengerikan akibatnya bila tidak dihadapi dengan kesabaran. Jika dihadapi dengan emosi…. dengan dendam…. dengan keserampangan…….maka akan menimbulkan mudharat yang tidak kalah besarnya. Dan kesabaran adalah langkah yang pertama dan utama sebelum mengambil langkah -  langkah berikutnya ,” Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan bagimu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan (QS.3 : 10 ).”
Dalam perjalanan hidup manusia, sebagaimana kondisi keimanan, kekuatan kesabaranpun belum tentu berada dalam posisi yang sama. Ketika kita mampu menghadapi sebuah situasi dengan kesabaran… mampukah kita juga mampu mengatasinya untuk situasi yang lebih berat…yang lebih keras? Yang jauh lebih berat lagi... yang jauh lebih keras lagi?? Oleh karena itu,  kita sangat dianjurkan untuk saling nasehat menasehati dalam kesabaran,” dan saling mensehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran. [QS.Al-Ashr:1-3]
Ada hal penting yang tidak boleh kita lupakan … kehadiran fitnah dan amarah…sebagaimana ujian - ujian lainnya,dia bisa datang  sendiri…bisa juga berkelompok…bahkan teroganisir….Maka mampukah kita menghadapinya sendiri…dengan segala keterbatasan kita??? “Orang mukmin yang laki-laki dan orang mukmin yang perempuan sebagian mereka (adalah) penolong bagi sebagian (yang lain) mereka menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.” (At-Taubah: 71) Inilah ayat yang menjadi benang merah untuk keempat situasi percakapan di atas, dan juga seluruh situasi nyata dalam kehidupan ini…. Fatmayef menguatkan azam suaminya untuk berjihad…pun menguatkannya ketika mendapat ujian……..Abu Salman saling menguatkan satu sama lain bersama Umu Fatiyah istrinya, Ahmadi dan Aisyah anaknya… Para kader PKS saling menguatkan untuk tetap melangkah tegar ditengah hantaman badai…dan… si Abdullah dan Abdul Majid saling memberi motivasi agar tetap bersyukur dan terus berprestasi... sebagaimana bapak dan ibu mereka, saling menguatkan kesabaran dalam menjalani kerasnya kehidupan kota… yang tak lain adalah… Beliau orang buta si penjual kerupuk…
……………………………………………………………………………………………........
Dalam rehat kita………………..
Bagi yang salah dalam tebakannya… maka bersabarlah…..
Bagi yang benar dalam tebakannya… maka bersyukurlah…..
………………………………………………………………………………………………....
“Kisah Abdullah dan Abdul Majid di kampungnya… adalah nyata, seperti yang diceritakan oleh Pak Suprapto, bapak buta penjual kerupuk…”
Kadar kefiksian percakapan I, II, IV, tidaklah mengurangi bobot pelajaran dan hikmah yang dapat kita ambil…Bahkan sesungguhnya kefiksiannya lebih karena terletak pada tokoh tokoh yang ada di dalamnya… masih lekat tentunya dalam ingatan kita bagaimana sosok Mujahidin Chechnya, Syamil Basayef yang akhirnya diamputasi kakinya…??? Dan bukankah keteladanan ala Abu Salman dan keluarganya pun banyak yang mengamalkannya…??? Lalu… sepak terjang para kader PKS seperti di atas… pada kenyataannya bukan hanya terjadi  di Umbulharjo…
Syahidah Peduli

0 comments:

Post a Comment