Wednesday 7 August 2013

Orang buta itu, seharusnya menyadarkan kita... (true story)

Dunia ini sungguh penuh dengan misteri. Kemisterian itu bukan hanya karena kesunyian dan kesenyapannya sebagaimana dalam film film horror. Tapi justru karena hiruk pikuknya…..hingar bingarnya….kecepatan pacuannya…..dan tentu, kesenyapannya juga.
Banyak orang terlalu santai, bahkan karena sangat santainya dia tidak menyadari…ibarat sebuah rumah yang terbakar hebat yang hampir meluluhlantakkan seluruh isinya…dia cuma berkata santai…….” Oo,  kebakaran,to…??” Namun ada juga manusia manusia yang kelewat bersemangat memacu roda kehidupannya, hingga tidak merasa bahwa dia sedang berada di tepi jurang yang dalam……

Ada sementara orang begitu terbelenggu dengan masa lalunya yang kelam, hingga seolah tak mampu bangkit lagi. Ada juga yang mengejar impiannya yang tak terbatas sampai menempuh hal yang diluar batas.
Rutinitas kehidupan manusia adalah sunatullah yang harus dilalui. Mau tidak mau, suka atau tidak suka, rutinitas haruslah dilalui. Meski terkadang melelahkan. Meski terkadang membosankan…bahkan tak jarang menjerumuskan. Ketika manusia terbelenggu dan terkurung dalam lingkaran rutinitas itu, dan menyangka bahwa hidup hanyalah apa yang ada dalam batas lingkaran itu, maka bisa diprediksi….dia akan kehilangan banyak kemanfaatan dalam hidupnya.

Kita terlalu sering untuk mencoba mengambil pelajaran dari sesuatu….dari contoh contoh yang besar…….dari arah arah yang jauh……tapi disadari atau tidak, kita juga sering melewatkan pelajaran dari contoh contoh yang kecil  dan  dari arah arah yang dekat.

Padahal, tidak ada hal sekecil apapun yang Allah ciptakan dimuka bumi ini dengan sia - sia…….” Robbanaa..maa kholaqta haadza baathila… subhaanaka faqinaa ‘adzaabannaar..” "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (QS Ali Imran: 191)

Thek…..thek…thek……begitulah kira kira  bunyi dari sebuah tongkat yang terayun dari seorang buta yang secara berkala melewati depan rumah kami. Pada awalnya terkesan biasa. Kami..sebagaimana wajarnya seorang yang melihat orang lain menjajakan dagangannya, yang berupa aneka kerupuk, kamipun mencoba membelinya. Sekali dua kali,masih seperti biasanya..

Namun untuk yang ketiga kalinya, ada sesuatu yang lain yang kami rasakan…..Ada kebahagiaan yang terpancar dari senyumannya. Maka, kamipun mulai sedikit berbincang. Kami perkenalkan diri, diapun perkenalkan namanya. Ternyata dia telah berkeluarga dengan dua anak yang dia titipkan saudaranya di kampung.

Pada pertemuan berikutnya, disuatu tepi jalan (bukan di depan rumah), kami secara tak sengaja bertemu dengannya lagi….dan subhanallah……kami belum banyak mengeluarkan kata - kata,,dia sudah memulai……” Bu Intan, ya …..? ” Subhanallah, Maha Besar Mu Ya Allah yang telah mentakdirkan beliau dengan ujian kebutaan dan yang telah mentakdirkan beliau dengan ketajaman pandangan batin ditengah kebutaannya………..

Pada pertemuan pertemuan berikutnya, kami,saya dan suami, merasakan setiap pertemuan bukan lagi hanya berstatus transaksi semata, tapi lebih dari itu…..menjadi sebuah silaturahim yang hangat.. Seorang buta yang penuh ketawakalan mengadu nasib mencari rezki di kota... Seorang buta yang juga dikaruniai seorang istri shalehah berjilbab yang setia menemaninya. Seorang istri yang juga gigih untuk memantau pendidikan anak anaknya, sehingga setiap dua pekan sekali dia sempatkan untuk pulang kampung menengok anaknya.

Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kehidupan beliau..Setiap manusia sudah ada jalan takdirnya masing - masing. Tidak ada manusia yang menghendaki kemalangan dalam hidupnya. Tidak semua yang dicitakannya akan senantiasa terwujud. Bahkan tidak jarang apa yang dicitakan dan apa yang didapatkan sangatlah bertolak belakang….. Semua itu adalah sunatullah..Ditengah kumpulan pasir, terkadang ditemukan permata, demikianpun, ditengah kumpulan permata, selalu tetap ada pasirnya..” Boleh jadi kamu membenci sesuatu.. padahal itu baik bagimu….dan boleh jadi kamu mencintai sesuatu, padahal itu buruk bagimu,, Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui…” (Terjemah QS: Al Baqarah: 216) .Ujian kehidupan bisa terjadi semenjak dia dilahirkan…seperti yang beliau si orang buta alami..Tapi sering juga dijumpai ditengah perjalanan kehidupan….mungkin ketika baligh…ketika remaja…atau bahkan ketika berumah tangga….

Cara pandang kita terhadap kehidupan ini…..orientasi kita terhadap kehidupan ini… akan sangat menentukan sikap, tindakan dan keputusan dalam banyak hal. Tidak ada salahnya kita renungkan kembali sejenak, bagian syair nasyid dari Aa Gym…..

Barang siapa …Allah tujuannya
Niscaya dunia..akan melayaninya
Barangsiapa…dunia tujuannya
Niscaya kan letih..dan pasti sengsara
Diperbudak dunia… sampai akhir masa

Jangan sampai karena tujuan hidup kita yang tidak tepat, pandangan batin kita sering terhijab/terhalang akan adanya hari akherat, hari pembalasan…sehingga tidak jarang kita mencela, mengumpat, mencaci… mengutuk setiap kondisi yang jauh dari keinginan kita... Demikianpun sebaliknya, bisa jadi kita ,menyesali, sampai terjerumus pada keputus asaan…hingga terucap sebagaimana yang digambarkan dalam Al Qur’an…”dan orang kafir berkata: "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah." (QS: An Naba: 40) sebuah ungkapan yang hanya layak keluar dari mulut seorang yang tak bertuhan.

Kalau kita renungkan, apa sih yang diharapkan dari seorang buta….??? Berjalan sampai ujung duniapun..dia akan tetap sebagai orang buta. Berkeliling kampung hingga berpeluh peluh sekalipun………..berapa yang akan didapatkannya….?? ” Maka tidak salah kalau ada ungkapan, Mata mereka boleh buta….tapi mata batinnya selalu diliputi cahaya, tidak seperti kita…yang sering digelapkan oleh angkara..

Sah sah saja bagi kita , ketika mengambil pelajaran , mengambil keteladanan adalah dari  tokoh tokoh besar. Tapi alangkah lebih sempurna jika dari tokoh kecil  pun ternyata ada yang dapat kita ambil darinya….seperti istri beliau si orang buta. Tentu tidak ada nilai   angka/statistic apapun yang diharapkan darinya..Tapi nilai maknawiyah nya terkadang melebihi mereka yang melek mata. Kesetiaan kepada suaminya yang “tak ada harapan lagi” kehidupan didunianya selain rutinitas keluar masuk kampung menawarkan dagangannya yang hanya menghasilkan ala kadarnya…… adalah diantara janji Allah bagi si buta…….bahwa bersama kesulitan..selalu ada kemudahan.

Suatu kali kami pernah berjalan dibelakang mereka melewati sebuah komplek yang nota bene dihuni oleh mereka yang berpunya. Lewat ikhtiarnya yang khas dengan membunyikan tongkatnya…thek…thek..thek….  Tapi yang kami lihat….usai melewati komplek itu hingga menuju ke jalan raya…hingga mereka istirahat di pinggir jalan…..dalam jangka waktu kami keluar kemudian balik kembali………….kami tidak melihat seorangpun yang membeli dagangannya……Begitulah situasi itu dapat menjadi timbangan tentang apa yang disebut empati.Ketika empati menipis dalam diri kita, yang tiap hari dipelupuk matapun kita tidak mampu memahaminya. Padahal bisa jadi nilai rupiah yang kecil nilainya bagi kita akan sangat berarti bagi mereka….apalagi mereka bukan seorang peminta minta.

Ketika suatu ketika kami mengetahui bahwa mereka berdua tinggal di kampung yang sangat dekat dengan salah satu rekan kami akhwat aktivis dakwah,kamipun bertanya kepada rekan kami, apakah dia mengenal mereka….apakah dia pernah membeli dagangannya….dua pertanyaan dengan satu jawaban….tidak. Tapi alhamdulillah …dengan semua cerita diatas menggugah kesadaran rekan kami untuk selanjutnya membiasakan membeli dagangannya dengan terkadang langsung mendatangi rumahnya, dan mengundangnya dalam acara hajatan.

Bagi si Buta…harapan akan selalu ada…….
Bersabar dalam gelapnya dunia…….mengharap benderangnya Surga…..
Syahidah Peduli

0 comments:

Post a Comment