Wednesday 7 August 2013

Jika Kegagalan Menghampiri...

Sikap optimis dalam menapaki kehidupan adalah suatu keniscayaan. Dimana-mana sering didengungkan bahwa tidak ada jalan lain untuk menggapai keberhasilan melainkan dengan usaha dan optimisme.  Namun kenyataan hidup berkata lain. Sunnatullah menetapkan segala sesuatu akan berpasang-pasangan. Ada hitam ada putih. Ada laki-laki ada perempuan. Ada baik ada buruk .Ada keberhasilan, ada kegagalan.

Kalau kita mau jujur, kita pasti tak sudi menerima kegagalan. Mengapa? Karena kegagalan adalah sesuatu yang tak menyenangkan. Tak nyaman. Bahkan mungkin akan terasa menyakitkan. Oleh Karena itu, dengan sekuat tenaga kita akan berupaya mengusir kegagalan dari kehidupan kita.

Namun kegagalan telah menjadi bagian dari urat nadi kita. Tak ada manusia yang tak pernah mengalami kegagalan. Lalu mengapa kita harus mengalami kegagalan? Apakah kegagalan merupakan realitas hidup yang harus ada? Lantas mengapa kegagalan harus disikapi dengan bijak?

Tampaknya kegagalan tak terjadi dalam semalam. Sukses pun bukan terjadi hanya sehari. Awal kegagalan sebenarnya adalah ketidakmampuan menghindari hal-hal kecil. Hingga dia menumpuk demikian besar dan tak terelakkan lagi. Keberhasilan sesungguhnya adalah keberhasilan mengambil langkah-langkah kecil untuk menggapai hasil yang besar.

Kita ambil kasus contoh gagal jantung. Sesungguhnya serangan jantung  tidak terjadi dalam tiba-tiba, tapi bertahun-tahun bahkan puluhan tahun sebelumnya. Penyakit jantung bisa tertimbun akibat merokok, pola makan tidak sehat, stress, atau malas berolahraga. Akibatnya sedikit demi sedikit pembuluh darah mulai menyempit. Jadi, menurut dokter gagal jantung itu terjadi bertahap. 

Demikian juga keberhasilan. Dia pun terjadi dengan pola yang sama. Sedikit demi sedikit, lama kelamaan sukses itu akan menumpuk.

Banyak fenomena terjadi terkait dengan kegagalan. Seorang yang gagal mencapai karir yang diinginkan di suatu perusahaan akan segera hengkang  mencari pekerjaan lainnya. Seorang artis yang gagal membina keharmonisan rumah tangganya akan mengambil langkah perceraian. Seorang remaja yang gagal dalam “percintaannya” lalu dilanda frustrasi, dll.

Kegagalan dalam menyikapi kegagalan adalah kegagalan sejati. Ketidakmampuan menyikapi kegagalan membawa kita berpikir bahwa Allah sebagai pembuat rencana berlaku tidak adil, akibatnya kita akan diliputi rasa gelisah.

Para pelajar muslim/muslimah seirngkali begitu bingung menghadapi kegagalan terutama ketika menghadapi ujian akhir .Padahal Islam telah mengajarkan apabila kita telah berusaha namun tidak mendapatkan hasil sesuai harapan, ada beberapa kiat yang harus ditempuh terkait memahami takdir Allah. Karena setiap Muslim harus mengimani takdir ilahi baik yang menyenangkan maupun yang menyusahkan.

Berikut beberapa kiat dalam menyikapi takdir menemui kegagalan :

1.  Yakinilah takdir Allah, dan setiap takdir Allah pasti ada hikmahnya.
“Maka apakah kamu mengira, bawa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja) dan bahwa kamu tidak dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, raja yang sebenarnya, tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan yang memiliki Arsy yang  mulia” (Terjemah QS: Al Mu’minun: 115-116)

2. Ketahuilah, manusia memang akan selalu diuji, sesuai kualitas keimanannya.
“Wahai Rasuluillah, mana yang paling berat ujiannya? beliau Rasulullah menjawab,” Para Nabi, kemudian yang semisal dan semisalnya lagi.Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya.Apabila agamanya kokoh maka makin kuat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai kadar agamanya. Seseorang hamba akan senantiasa mendapat cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” (Terjemah HR Tirmidzi No 2398)

3.   Ingatlah, dibalik kegagalan, pasti ada kemudahan.
(Terjemah QS Asy Syarh:5),” Karena seseungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

4.   Hadapilah kegagalan dengan bersabar.
Ali Bin Abi Thalib berkata,” Sabar dan iman bagaikan kepala dan jasad manusia. Oleh karenanya, tidak beriman (dengan iman yang sempurna), jika seseorang tidak memiliki kesabaran.”

5.  Yakinilah pahala besar dibalik kesabaran.yaitu surga
“Sesungguhnya hanya orang orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahalanya tanpa batas.” (Terjemah QS Az Zumar : 10)

6. Ucapkanlah Innalillaahi wainna ilaihi rooji’uun,insya Allah ada ganti yang lebih baik.
Dewasa ini hampir setiap tahun kita disuguhi dengan pemandangan yang berulang yang merupakan fenomena fenomena menyedihkan di dunia pendidikan. Setiap penyelenggaraan ujian nasional hampir dipastikan terjadi kecurangan kecurangan. Bukan dalam skala yang kecil. Tapi dalam skala yang besar. Seorang pendidik yang seharusnya berperan sebagai pengantar keberhasilan hakiki  dalam dunia pendidikan justru terlibat dalam penghancurannya dengan turut memfasilitasi berbagai modus kecurangan dengan tujuan akhir “lulus ujian”.

Di sisi lain terjadi pemandangan-pemandangan yang memilukan pasca pengumuman ujian. Ada murid yang stress karena tidak lulus. Ada yang histeris kemudian “kesurupan”. Ada yang depresi tidak mau sekolah lagi, dll. Bahkan saat penulisan artikel ini, kami mendapatkan kabar dari saudara (nyata, bukan khayalan) bahwa pada hari Sabtu 18/5/2013 salah satu tetangga dari sepupu kami di Ciputat melakukan bunuh diri gara gara ketakutan menunggu hasil pengumuman ujian. Inna lillaahi wa inna ilaihi rooji’uun. Sungguh memilukan. Bunuh diri dilakukan bukan setelah mendengar hasil ujian, tapi saat tegang menunggun hasil ujian.

Terlalu banyak PR yang harus dikerjakan oleh para pendidik. Terlalu banyak pula kesalahan kesalahn yang secara sadar atau tidak sadar telah mereka lakukan. Sudah saatnya mereka melakukan banyak introspeksi diri, banyak melakukan pembenahan dalam segala hal, terutama masalah pendidikan karakter, pendidikan akhlak.

Sering kita lihat di media beragam cara dan persiapan dilakukan menjelang ujian berlangsung. Ada yang positif memang seperti melakukan doa bersama. Tapi tidak sedikit yang tidak mendidik bahkan cenderung berpotensi melanggar akidah, baik yang dilakukan perorangan maupun dilakukan bersama. Seperti adanya seorang murid yang melakukan ritual memandikan pensilnya agar bertuah ketika mengerjakan ujian nantinya.

Mengingat semua kenyataan di atas, disatu sisi para pendidik terkena syndrome takut gagal bagi muridnya sehingga menghalalkan segala cara, di sisi lain banyaknya kejadian yang tidak diharapkan di seputar pengumuman hasil ujian baik sesudahnya maupun sebelumnya maka perlu mulai dipertimbangkan agar para pendidik mulai lebih mendalami kembali apa hakekat keberhasilan dan kegagalan . Bagi anak didiknya pun agar diberikan pemahaman yang menyeluruh, yang seimbang antara syarat syarat yang diperlukan dalam keberhasilan dan kesiapan dan persiapan yang perlu dilakukan bila kegagalan harus terjadi, terutama kesiapan mental  sebagai antisipasi segala kemungkinan yang terjadi.
Kegagalan dalam menyikapi kegagalan adalah kegagalan yang sejati
Syahidah Peduli (Seri Pendidikan)

0 comments:

Post a Comment