Friday 9 August 2013

Politik Lupa

by: Abdul Azis
Bapakku baru saja pulang
Dalam letihnya dia datang dengan senyuman
Di ciumnya kening ibu
Sembari menyisipkan sejumlah uang di tangannya
Ibu diam
Sedetik kemudian dua titik airmata meluncur
Di pipinya yang keriput
"Cuma segini pak?" tanyanya tersendat
Bapak menghela nafas panjang.
"Iya Bu, maaf.Bapak masuk angin tadi. Jadi kuminta Yadi menggantikanku menarik becak hari ini.Setengah pendapatanku kuberikan padanya.Dia butuh uang untuk anaknya yang sakit."
Ibu menghela nafas berat.
"Harga-harga mulai naik pak, " bisiknya resah
" Besok pemerintah menaikkan harga minyak."
" Iya, aku tau bu. Seharian ini kulihat mahasiswa demo di mana-mana."
"Hari ini saja Haji Saman menagih uang kontrakan dan besok Dita harus bayar uang sekolah."
Kegusaran menyergap
Bapak hanya diam
Ibupun akhirnya tidak berkata banyak lagi
Aku beringsut masuk kamar
Memikirkan negeri ini dan persahabatan kami dengan kemiskinan
Seumur hidup bergulat dan bertahan
Seperti sebuah lingkaran selalu berulang
Sementara pemerintah tampaknya hanya bisa berkata - kata
Lama - lama bapak berkata,
"Kita sudah terlalu sering dilupakan bu, bahkan aku sendiri lupa, apakah kita warga negri ini."
Kiriman seorang sahabat seperti yang diceritakan seorang ayah dengan tiga anak balita di Tangerang Selatan jelang pengumuman kenaikan harga bbm oleh pemerintah

0 comments:

Post a Comment