Tiada hari tanpa Al Ma’tsurat. Itulah kira kira kondisi paling ideal yang harus dilakukan oleh para aktivis dakwah termasuk akhwat didalamnya Di dalamnya terangkai untaian doa yang lengkap yang Insya Allah akan mampu menjadi penguat jiwa dalam menjalani berbagai aktivitas keseharian tentunya termasuk aktivitas dakwah di dalamnya.
Adalah suatu
keniscayaan bahwa sebuah doa apabila dipanjatkan dengan penuh kekhusyuan akan
memberi dampak kepada sang pemanjat doa tersebut. Apalagi jika arti dan makna
dari tiap untaiannya dimengerti dan dipahami dengan baik. Sampai di sini tentu
merupakan kondisi yang cukup untuk
menempatkan doa tersebut pada fungsinya secara tepat.
Namun ternyata
ada kondisi lain yang masih mungkin dapat menempatkan fungsi untaian doa
tersebut lebih optimal lagi bagi sang pemanjat sehingga diapun dapat merasakan getaran
yang lebih lagi darinya. Yaitu apabila “rahasia” yang tersirat dalam untaian doa tersebut dapat kita tangkap.
Rahasia dan hikmah tertentu dari untaian
doa tersebut bersifat “filosofis” yang mampu membuka tabir hubungan maknawiyah
antar susunan kata, antar susunan kalimat.
Sungguh
merupakan karunia Allah yang telah mentakdirkan bagi siapa saja yang sempat
menyimak orasi dari Presiden Partai Keadilan Sejahtera, ustad Anis Matta. Beliau
menjelaskan dengan singkat namun sangat dapat dipahami, filosofi yang terkandung
dalam untaian doa
“ Allaahumma inni a’uudzubika minal hammi wal hazn…wa a’uudzubika minal
‘ajzi
wal kasl….wa
a’uudzubika minal jubni walbukhl…wa a’uudzubika min gholabatiddaini
waqohrir rijaal.”
“Ya Allah aku
berlindung kepada Mu dari rasa gelisah dan sedih, dari kelemahan/ketidakberdayaan
dan kemalasan,dari sifat
pengecut dan bakhil dari tekanan hutang dann kesewenang
wenangan orang.”
Semua kata
tercetak tebal tersebut adalah kata sifat atau kondisi yang darinyalah kita
berlindung kepada Allah. Namun rupanya, Al hammu, al hazn, al ajz, al kasl,al jubn,al
bukhl, gholabatid dain, qohrir rijal bukan hanya merupakan rangkaian
kata sifat yang terlepas satu sama lain dan sekedar tersanding berurutan.
Gelisah ( galau
) dan sedih ada di dalam dasar jiwa kita, sehingga harus semaksimal mungkin kita
keluarkan. Dalam psikologis, galau merupakan manifetasi dari kecemasan yang
merupakan perasaan tak nyaman berupa rasa gelisah,takut, atau khawatir yang
merupakan manifestasi psikologis.(Sigmen Freud)
Galau dan sedih merupakan virus mematikan yang berada
dalam dasar jiwa kita, yang akan menggerogoti keceriaan,semangat dan
kegembiraan. Justru kita para perempuan terkait dengan karakteristik kita
dimana perasaan sering lebih dominan dari akal dan pemikiran, situasi sosio ekonomi baik di keluarga maupun
lingkungan sekitar akan memberi peluang lebih unuk memunculkan kegalauan.
Ketidakharmonisan hubungan keluarga, ketidak serasian pergaulan ditengah
masyarakat,ketimpangan perekonomian masyarakat merupakan trigger kegalauan dikalangan
perempuan.
Hampir seluruh aktivitas
kita membutuhkan kondisi prima secara psikologis. Apalagi para aktivis dakwah
perempuan. Tidak sedikit diantara kita mengemban fungsi “ganda” yaitu tugas
seorang ibu di rumah tangga, karier di bidang masing - masing, plus amanah
dakwah yang diembannya jika dia aktivis dakwah. Apabila perasaan galau terus
menerus mendominasi maka akan muncul perasaan tak berdaya ( Al ‘Ajz) meskipun sebenarnya mungkin kita berdaya. Keberdayaan
dan ketidakberdayaan sangat menentukan
sejauh mana kaki kita melangkah.
Perasaan tak
berdaya yang mendominasi akan muncul rasa malas.Ketika ketidakberdayaan
melahirkan kemalasan disinilah virus
galau makin menemukan jatidirinya. Hampir semua kalimat yang didalamnya melibatkan
kata malas, bermakna negative. Seorang mahasiswi yang malas akan berprestasi buruk. Seorang perempuan yang malas menambah ilmu dan wawasan akan ketinggalan jaman. Seorang ibu yang
malas menghadiri majelis taklim akan miskin ilmu agama. Seorang akhwat aktivis
dakwah yang malas ibadah yaumiyah berpotensi lambat dalam ibadah harokiyah
Dari karakter al ‘ajz (tak berdaya) dan al kasl (malas) akan muncul hubungan
sosial ekonomi, al jubn ( pengecut) dan al bukhl (pelit). Karena
hubungan sosial adalah manifestasi dari karakter dan perilaku yang dibawa. Seorang
pengecut tidak akan mampu melahirkan karya karya besar. Seorang pengecut tidak
akan berani mengambil resiko dalam setiap tindakannya. Sementara seorang yang
bakhil akan lebih mengutamakan dampak duniawi daripada ukhrowi untuk setiap
rupiah yang dikeluarkannya. Kebakhilan hanya akan menjadikan hatinya sempit.
Kebakhilan akan menjauhkan diri dari rahmat Allah SWT.
Nah, efek bola
saljupun terus bergulir dari merajalelanya akar psikologis galau dan sedih. Realitas
sosialpun politik pun akhirnya muncul yatiu gholabat dain ( dililit
hutang ) wa qohrun rijal (ditindas orang
lain). Paripurnalah sudah kemalangan yang akan dialami manusia apabila sampai
pada fase ini. Tak terkecuali perempuan. Realitas sosial, ekonomi, politik yang
memilukan. Secara ekonomi marginal, pun secara sosial politik.
Demikianlah kira
kira gambaran skematis dari fenomena di atas :
Hammu/galau +
hazn/sedih →
‘ajzun/tak berdaya+kasl/malas → ……….
AKAR PSIKOLOGIS → KARAKTER → ……….
Jubn/pengecut+bukhl/pelit
→ Gholabat dain/dililit hutang+ qohrun
rijal/tertindas
HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI → REALITAS EKONOMI,SOSIAL, POLITIK
Pemahaman
skematis diatas menyadarkan kita betapa istilah galau yang merupakan istilah yang tidak asing, istilah yang sering
kita temui dalam keseharian,sering dijumpai dalam dunia maya, dan yang lebih sering ditemukan pada kaum perempuan
merupakan pemantik awal bagi berbagai realitas sosial yang tidak diinginkan,
jika galau ini tidak dikendalikan dan segera dienyahkan. Kitapun sebagai akhwat
muslimah aktivis dakwah perlu berkaca mengapa ada diantara beberapa amanah
dakwah yang diembankan kepada kita terkadang tidak sepenuhnya dapat terealisir
sebagaimana mestinya sehingga memunculkan realiats sosial dakwah yang
seharusnya bisa dihindarkan seperti ukhuwah dan kebersamaan yang terganggu,virus
persaingan dan ego yang tidak semestinya,dll. Bisa jadi galau
masih bersemayam dalam diri kita.
Dan semoga pula salah satu ikhtiar kita untuk
mengusir galau yaitu dengan membaca Al Ma’tsurat lebih mantap lagi karena
mungkin selama ini kita belum begitu memahami dan menyadari betapa dari istilah
al
Hammu……hingga qohrir rijal memiliki
makna yang dalam, lebih dari yang kita pahami sebelumnya. Dan saatnya kita
ucapkan, “Selamat tinggal……galau.”
Syahidah Peduli (Seri Pemberdayaan Perempuan)
Saya setuju dengan isi dari tulisan Ibu Intan ini. Seyogyanya para aktifis termasuk para akhwat dan ibu-ibu untuk tidak meninggalkan bacaan al ma'tsurot inidi awal pagi dan akhir sore setiap hari dengan memahami dan meresapi maknanya agar sampai dari relung hati kepada haribaan Ilahi. Inilah "mantra ajaib" penguat jiwa, pelipur lara, benteng ketsiqohan, dan pelecut azam untuk maju dalam menatap masa depan tegaknya kalimat Alloh dalam pembangunan manusia dan peradaban dunia ini. Amiin maju terus ikhlaskan diri, ittibaur Rosul, dan istiqomah selalu saatnya kan terbukti mana loyang mana besi, mana karat mana emas, dan mana sekedar pasir mana intan berlian / brilian. May Alloh Swt bless you.
ReplyDeleteSaya setuju dengan isi tulisan Ibu Intan ini. Seyogyanya para aktivis dakwah termasuk para ibu untuk senantiasa membaca alma'tsurot di awal pagi dan akhir sore setiap hari. Membaca dengan memahami isi, meresapi dalam hati untuk kemudian memenuhi segenap relung jiwa untuk disampaikan kepada Alloh Swt. Semoga bacaan alma'tsurot yang menjadi bahasan Ibu Intan ini menjadi "mantra ajaib" pelipur dari duka lara, peneguh semangat agar tak pernah mati, penghilang dahaga keringnya jiwa dan pemantik azam peneguhan kalimat Alloh. Semua itu menjadi prasyarat kita menyongsong era kegemilangan peradaban dunia madani yang dirahmati ALloh Swt dan kita adalah para pelakunya. Amiin. Semoga pula tulisan ini menjadi tanda mana loyang mana besi, mana karat mana emas, mana sekedar butiran pasir yang mana butiran intan berlian atau intan brilian oh ya satu lagi mana mi mana intan yuliani. Goodluck. May Alloh Swt bless you.
ReplyDeleteJazakillah khoir bunda yang sholilah atas kunjungannya, semoga kita semua dapat istiqomah.salam kenal.
ReplyDelete