Wednesday 8 May 2013

Buang jauh galau dan sedih, InsyaAllah kita akan lebih berdaya


Tiada hari tanpa Al Ma’tsurat. Itulah kira kira kondisi paling ideal yang harus dilakukan oleh para aktivis dakwah termasuk akhwat didalamnya Di dalamnya terangkai untaian doa yang lengkap yang Insya Allah akan mampu menjadi penguat jiwa dalam menjalani berbagai aktivitas keseharian tentunya termasuk aktivitas dakwah di dalamnya.

Adalah suatu keniscayaan bahwa sebuah doa apabila dipanjatkan dengan penuh kekhusyuan akan memberi dampak kepada sang pemanjat doa tersebut. Apalagi jika arti dan makna dari tiap untaiannya dimengerti dan dipahami dengan baik. Sampai di sini tentu merupakan kondisi yang cukup  untuk menempatkan doa tersebut pada fungsinya secara tepat.

Namun ternyata ada kondisi lain yang masih mungkin dapat menempatkan fungsi untaian doa tersebut lebih optimal lagi bagi sang pemanjat sehingga diapun dapat merasakan getaran yang lebih lagi darinya. Yaitu apabila “rahasia”  yang tersirat  dalam untaian doa tersebut dapat kita tangkap. Rahasia  dan hikmah tertentu dari untaian doa tersebut bersifat “filosofis” yang mampu membuka tabir hubungan maknawiyah antar susunan kata, antar susunan kalimat.

Sungguh merupakan karunia Allah yang telah mentakdirkan bagi siapa saja yang sempat menyimak orasi dari Presiden Partai Keadilan Sejahtera, ustad Anis Matta. Beliau menjelaskan dengan singkat namun sangat dapat dipahami, filosofi yang terkandung dalam   untaian doa  “ Allaahumma inni a’uudzubika minal hammi wal hazn…wa a’uudzubika minal ‘ajzi wal kasl….wa a’uudzubika minal jubni walbukhl…wa a’uudzubika min gholabatiddaini waqohrir rijaal.

“Ya Allah aku berlindung kepada Mu dari rasa gelisah dan sedih, dari kelemahan/ketidakberdayaan  dan kemalasan,dari sifat pengecut dan bakhil dari tekanan hutang dann kesewenang wenangan orang.”

Semua kata tercetak tebal tersebut adalah kata sifat atau kondisi yang darinyalah kita berlindung kepada Allah. Namun rupanya, Al hammu, al hazn, al ajz, al kasl,al jubn,al bukhl, gholabatid dain, qohrir rijal bukan hanya merupakan rangkaian kata sifat yang terlepas satu sama lain dan sekedar tersanding berurutan.

Gelisah ( galau ) dan sedih  ada di dalam dasar jiwa kita, sehingga harus semaksimal mungkin kita keluarkan. Dalam psikologis, galau merupakan manifetasi dari kecemasan yang merupakan perasaan tak nyaman berupa rasa gelisah,takut, atau khawatir yang merupakan manifestasi psikologis.(Sigmen Freud)

Galau dan sedih merupakan virus mematikan yang berada dalam dasar jiwa kita, yang akan menggerogoti keceriaan,semangat dan kegembiraan. Justru kita para perempuan terkait dengan karakteristik kita dimana perasaan sering lebih dominan dari akal dan pemikiran, situasi sosio ekonomi baik di keluarga maupun lingkungan sekitar akan memberi peluang lebih unuk memunculkan kegalauan. Ketidakharmonisan hubungan keluarga, ketidak serasian pergaulan ditengah masyarakat,ketimpangan perekonomian masyarakat merupakan trigger  kegalauan dikalangan perempuan.

Hampir seluruh aktivitas kita membutuhkan kondisi prima secara psikologis. Apalagi para aktivis dakwah perempuan. Tidak sedikit diantara kita mengemban fungsi “ganda” yaitu tugas seorang ibu di rumah tangga, karier di bidang masing - masing, plus amanah dakwah yang diembannya jika dia aktivis dakwah. Apabila perasaan galau terus menerus mendominasi maka akan muncul perasaan tak berdaya ( Al ‘Ajz) meskipun sebenarnya mungkin kita berdaya. Keberdayaan dan ketidakberdayaan  sangat menentukan sejauh mana kaki kita melangkah.

Perasaan tak berdaya yang mendominasi akan muncul rasa malas.Ketika ketidakberdayaan melahirkan kemalasan disinilah virus galau makin menemukan jatidirinya. Hampir semua kalimat yang didalamnya melibatkan kata malas, bermakna negative. Seorang mahasiswi yang malas akan berprestasi buruk. Seorang perempuan yang malas menambah ilmu dan wawasan  akan ketinggalan jaman. Seorang ibu yang malas menghadiri majelis taklim akan miskin ilmu agama. Seorang akhwat aktivis dakwah yang malas ibadah yaumiyah berpotensi lambat dalam ibadah harokiyah

Dari karakter al ‘ajz (tak berdaya)  dan al kasl (malas) akan muncul hubungan sosial ekonomi, al jubn ( pengecut) dan al bukhl (pelit). Karena hubungan sosial adalah manifestasi dari karakter dan perilaku yang dibawa. Seorang pengecut tidak akan mampu melahirkan karya karya besar. Seorang pengecut tidak akan berani mengambil resiko dalam setiap tindakannya. Sementara seorang yang bakhil akan lebih mengutamakan dampak duniawi daripada ukhrowi untuk setiap rupiah yang dikeluarkannya. Kebakhilan hanya akan menjadikan hatinya sempit. Kebakhilan akan menjauhkan diri dari rahmat Allah SWT.

Nah, efek bola saljupun terus bergulir dari merajalelanya akar psikologis galau dan sedih. Realitas sosialpun politik pun akhirnya muncul yatiu gholabat dain  ( dililit hutang ) wa qohrun rijal (ditindas orang lain). Paripurnalah sudah kemalangan yang akan dialami manusia apabila sampai pada fase ini. Tak terkecuali perempuan. Realitas sosial, ekonomi, politik yang memilukan. Secara ekonomi marginal, pun secara sosial politik.  
Demikianlah kira kira gambaran skematis dari fenomena di atas :
Hammu/galau + hazn/sedih  ‘ajzun/tak berdaya+kasl/malas → ……….
AKAR PSIKOLOGIS                KARAKTER                     ……….

Jubn/pengecut+bukhl/pelit         Gholabat dain/dililit hutang+ qohrun rijal/tertindas
HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI            REALITAS EKONOMI,SOSIAL, POLITIK
Pemahaman skematis diatas menyadarkan kita betapa istilah galau yang merupakan istilah yang tidak asing, istilah yang sering kita temui dalam keseharian,sering dijumpai dalam dunia maya, dan yang lebih sering ditemukan pada kaum perempuan merupakan pemantik awal bagi berbagai realitas sosial yang tidak diinginkan, jika galau ini tidak dikendalikan dan segera dienyahkan. Kitapun sebagai akhwat muslimah aktivis dakwah perlu berkaca mengapa ada diantara beberapa amanah dakwah yang diembankan kepada kita terkadang tidak sepenuhnya dapat terealisir sebagaimana mestinya sehingga memunculkan realiats sosial dakwah yang seharusnya bisa dihindarkan seperti ukhuwah dan kebersamaan yang terganggu,virus persaingan dan ego yang tidak semestinya,dll.  Bisa jadi galau masih bersemayam dalam diri kita.

Dan semoga pula salah satu ikhtiar kita untuk mengusir galau yaitu dengan membaca Al Ma’tsurat lebih mantap lagi karena mungkin selama ini kita belum begitu memahami dan menyadari betapa dari istilah al  Hammu……hingga qohrir rijal memiliki makna yang dalam, lebih dari yang kita pahami sebelumnya. Dan saatnya kita ucapkan, “Selamat tinggal……galau.”

Syahidah Peduli (Seri Pemberdayaan Perempuan)

3 comments:

  1. Saya setuju dengan isi dari tulisan Ibu Intan ini. Seyogyanya para aktifis termasuk para akhwat dan ibu-ibu untuk tidak meninggalkan bacaan al ma'tsurot inidi awal pagi dan akhir sore setiap hari dengan memahami dan meresapi maknanya agar sampai dari relung hati kepada haribaan Ilahi. Inilah "mantra ajaib" penguat jiwa, pelipur lara, benteng ketsiqohan, dan pelecut azam untuk maju dalam menatap masa depan tegaknya kalimat Alloh dalam pembangunan manusia dan peradaban dunia ini. Amiin maju terus ikhlaskan diri, ittibaur Rosul, dan istiqomah selalu saatnya kan terbukti mana loyang mana besi, mana karat mana emas, dan mana sekedar pasir mana intan berlian / brilian. May Alloh Swt bless you.

    ReplyDelete
  2. Saya setuju dengan isi tulisan Ibu Intan ini. Seyogyanya para aktivis dakwah termasuk para ibu untuk senantiasa membaca alma'tsurot di awal pagi dan akhir sore setiap hari. Membaca dengan memahami isi, meresapi dalam hati untuk kemudian memenuhi segenap relung jiwa untuk disampaikan kepada Alloh Swt. Semoga bacaan alma'tsurot yang menjadi bahasan Ibu Intan ini menjadi "mantra ajaib" pelipur dari duka lara, peneguh semangat agar tak pernah mati, penghilang dahaga keringnya jiwa dan pemantik azam peneguhan kalimat Alloh. Semua itu menjadi prasyarat kita menyongsong era kegemilangan peradaban dunia madani yang dirahmati ALloh Swt dan kita adalah para pelakunya. Amiin. Semoga pula tulisan ini menjadi tanda mana loyang mana besi, mana karat mana emas, mana sekedar butiran pasir yang mana butiran intan berlian atau intan brilian oh ya satu lagi mana mi mana intan yuliani. Goodluck. May Alloh Swt bless you.

    ReplyDelete
  3. Jazakillah khoir bunda yang sholilah atas kunjungannya, semoga kita semua dapat istiqomah.salam kenal.

    ReplyDelete